Kamis, 15 Maret 2012

Kisah nestapa di balik ingar bingar Olimpiade China

Cina bisa dikatakan sukses menyelenggarakan pesta olahraga terbesar di dunia. Betapa tidak, pemerintah setempat telah mengucurkan dana sebesar 40 miliar dolar Amerika Serikat, untuk membenai pelbagai infrastruktur di luar dan di dalam kota Beijing. Tapi, tidak demikian dengan kebebasan beribadah bagi umat Kristen di Cina.
Ya, meski Cina telah melakukan perubahan dalam masalah kebebasan beragama lebih dari beberapa tahun lalu, United States Commission on International Religious Freedom mengatakan, pada tahun 2007 kepolisian Cina telah menahan 600 orang Prostestan dan telah menjatuhkan hukuman penjara selama lebih dari setahun kepada 38 orang. Tahun ini Cina menduduki peringkat 10 dalam World Watch List Open Doors yang setiap tahunnya memberikan peringkat penganiayaan terparah terhadap orang percaya di 50 negara.
Masih di tahun 2007, seorang Kristen terkemuka, Shi Weihan, ditahan dan dipenjara karena menerbitkan Alkitab dan literatur Kristen. Awal tahun ini, ia dilepaskan dengan dalih tidak cukup bukti. Di bawah nama Perusahaan Dagang Holy Spirit, Shi mengelola sebuah toko buku Kristiani, sebuah percetakan dan agen perjalanan. Alkisah, para pastor dan gereja-gereja rumah dan jemaat resmi di Beijingt, mengeluh kekurangan Alkitab dan bahan-bahan Kristiani lainnya. Inilah yang memicu penahahan Shi, karena tanpa ijin Shi telah menyalurkan bacaan dan literatur Kristen kepada mereka.
Rupanya, kebebasan Shi tak bertahan lama. Pada 28 April kemarin, lagi-lagi ia ditangkap karena disinyalir berpotensi membuat keonaran selama pertandingan olimpiade. Shi ditangkap tanpa boleh mendapat kunjungan dari keluarganya. Istrinya, Zhang Jing, tidak mendapat kabar apapun mengenai kondisi suaminya, dan dia dilarang sejak awal untuk membawakan makanan atau pakaian sejak penangkapan kembali suaminya. Sampai akhir April, kunjungan dari pengacara Shi juga telah ditolak.
Keluarga Shi, meski tidak dipenjara, mengalami perlakuan yang tidak kalah kejamnya. Mereka diintai oleh Biro Kemanan Umum, diikuti ke manapun mereka pergi, termasuk ketika Zhang mengantar anak perempuannya ke sekolah. Gerak-gerik pengacara Shi juga diawasi untuk memastikan bahwa dia tidak melakukan kontak dengan orang asing atau kelompok-kelompok asing mana pun dari luar negeri.
Yayasan Open Doors, yang memperjuangkan kebebasan beragama (Kristen) di seluruh dunia, mendesak umat Kristiani di Amerika Serikat untuk mengirim email kepada duta besar Cina di Amerika Serikat Zhou Whenzong untuk mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap status Shi, termasuk upaya untuk mendapatkan perawatan kesehatan dan pengobatan, pakaian yang memadai, hak kunjungan bagi keluarganya dan sebuah proses pemeriksaan pengadilan yang adil dan cepat.
Sedangkan direktur Open Doors Cina mengatakan, “Saya berharap tekanan terhadap gereja akan berkurang dan Cina terus berusaha untuk menjadi modern. Kami juga berharap buku-buku ke-Kristenan pada akhirnya akan tersedia. Tetapi tampaknya tidak ada tanda yang mengindikasikan bahwa kami dapat mengharapkan perubahan lebih lagi dalam hal kebebasan beragama. Cina telah semakin terbuka, tetapi ini hanya berlaku pada sebagian besar Cina sekuler. Meskipun ada penganiayaan, Gereja Cina tetap berdiri dan tetap sangat positif. Emas, perak dan medali perunggu akan diberikan kepada yang beruntung selama Pertandingan Olimpiade. Tetapi pemenang yang sesungguhnya adalah seorang Kristen yang tetap berdiri teguh dalam imannya kepada Yesus Kristus, seperti kata Paulus, ‘Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku’,”.

glministry.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar